Minggu, 21 November 2010

laporan epistasis dan hipostasis

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA


laporan ini diajukan untuk memenuhi tugas individu Praktikum Genetika

Nama Dosen  : Ria Yulia Gloria








Di susun oleh :

IMA RIMAWATI
58461262
(kelompok 2)
Tarbiyah / IPA BIO B / v

INSTITUT AGAMA ISLAM SYEKH NURJATI
CIREBON
2010
a.      Tujuan : membuktikan adanya penyimpangan semu Hukum  Mendel dan mengetahui perbandingan fenotipe dari epistasis - hipostasis

b.      Landasan Teori

Interaksi dimana yang satu mengalahkan atau menutupi pekerjaan gen lain yang bukan sealel. Gen yang mengalahkan itu di sebut epistasis, yang di kalahkan hipostasis. Dari kata epi =diatas, hypo= di bawah, dan status = kedudukan.

c.       Alat dan Bahan

-           Kardus
-          2 buah Jarum pentul
-          2 buah sedotan
-          Gunting
d.      Cara Kerja

1.      Untuk percobaan ini digunakan kardus yang di buat menyerupai baling-baling, yang di masukan ke dalam sedotan yang besar dengan jarum pentul
2.      Sedotan pertama untuk gamet jantan, sedangkan sedotan ke dua untuk gametbetina. Kedua sedotan  di putar untuk meniru segregasi bebas meiosis pada pembentukan gamet.
3.      Memadukan antara baling-baling yang berdekatan pada saat berhentiyang menggambarkan genotype zigot hasil persilangan gamet jantan dan betina.
4.      Mencatat hasil pemutaran tersebut
5.      Mengulangi prosedur 3 – 6 tersebut sebanyak 100 kali untuk setiap kasus epistasis
6.      Data pengambilan di tulis dalam bentuk tabel.
HASIL PENGAMATAN
Data tabel kelompok 2
ambilan
genotipe
Nisbah genotipe
Feotipe epistasis
Nisbah fenotipe
Frekuensi ambilan
Merah-merah
Biru-biru
AABB
1
putih
4

Merah-merah
Biru hijau
AABb
2
Putih
13

Merah-merah
Hijau-hijau
AAbb
1
Putih
2

Merah putih
Biru -biru
AaBB
2
Putih
1

merah –putih
Biru hijau
AaBb
4
Putih
20

Merah –putih
Hijau-hiijau
aaBB
2
Putih
16

Putih –putih
Biru-biru
aaBb
1
Kuning
7

Putih-putih
Biru hijau


2


kuning
16




Putih-putih
Hijau -hijau
aabb
1
Hijau
8


Data kelompok :
Kelompok 1    : 85:7:8
Kelompok 2    :9:3:1
Kelompok 3    :81:16:3
Kelompok 4    :76:17:7
Kelompok 5    :74:27:2
Kelompok 6    :62:20:8

PEMBAHASAN

Dalam praktikum kali ini yaitu mengenai “Epistasis dan Hipostasis” dengan tujuan membuktikan adanya hukum Mendel dan mengetahui perbandingan fenotipe dari epistasis – hipostasis. Penyimpangan hukum Mendel dibagi menjadi tiga; epistasis-hipostasis, kriptomeri, dan polimeri. Pada praktikum ini yang di praktekan hanya epistasis-hipostasis.
Dalam beberapa kasus, persilangan dengan sifat beda lebih dari satu kadang menghasilkan keturunan dengan perbandingan yang berbeda dengan hukum Mendel. Semisal, dalam suatu persilangan monohibrida (dominan resesif), secara teori, akan didapatkan perbandingan 3:1, sedangakan pada dihibrida didapatkan perbandingan, 9:3:3:1. Namun pada kasus tertentu, hasilnya bisa lain, misal untuk monohibrida bukan 3:1 tapi 1:2:1. Dan pada dihibrida, mungkin kombinasi yang mucul adalah, 9:6:1 atau 15:1. Munculnya perbandingan yang tidak sesuai dengan hukum Mendel ini disebut "Penyimpangan Semu Hukum Mendel", kenapa "Semu", karena prinsip segregasi bebas tetap berlaku, hal ini disebabkan oleh gen-gen yang membawa sifat memiliki ciri tertentu. Sebenarnya perbandingan tersebut berasal dari (9+3):3:1.
Dari hasil perbandingan pada hasil praktikum ini tampak bahwa persilangan tersebut merupakan persilangan dihibrida. Faktor yang dominan tidak  hanya faktor putih, melainkan juga faktor kuning yang memiliki angka perbandingan 3. Dengan demikian faktor warna tidak ditentukan oleh satu gen, melainkan oleh dua gen yang lokusnya berbeda. Artinya, gen penentu warna hitam yang dominan berada terpisah dari gen penentu warna kuning yang juga dominan. Tiap-tiap warna memiliki alel tersendiri.
Jika kedua gen yang tidak sealel itu hadir bersama dalam satu individu, maka akan menampilkan fenotipe gen yang menutupi atau menghalangi, yang dikenal sebagai gen epistasis. Jadi, jika faktor hitam dan kuning hadir bersama, fenotipe yang muncul adalah fenotipe hitam. Maka, hitam epistatik terhadap kuning, dan kuning hipostatik terhadap hitam.
Jika di dalam individu hanya ada gen yang ditutup atau dihalangi, maka fenotipe yang muncul adalah fenotipe dari gen yang dihalangi tersebut. Gen ini disebut gen hipostasis. Tak adanya gen dominan dalam pada individu akan memunculkan sifat baru, dalam praktikum ini contohnya putih.



KESIMPULAN

Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan yaitu ada dua gen sama-sama dominan dan terletak pada lokus yang berbeda yang bersifat hipostasis maupun epistasis. Kehadiran kedua gen dominan tersebut akan memunculkan fenotipe dari gen yang epistasis biasa, dalam contoh diatas hitam.Kehadiran gen yang hipostasis akan memunculkan fenotipe dari gen hipostasis. Ketidakhadiran dari kedua gen dominan akan memunculkan fenotipe baru, tidak tampak pada


DAFTAR PUSTAKA

·                  Gloria, Ria Yulia. 2010. Panduan Praktikum Genetika. Cirebon: Pus.Lab IAIN SNJ

·                  Yatim, Wildan.2003.Genetika. Bandung:Tarsito



laporan genetika persilangan monohibrid

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

IMITASI PERSILANGAN MONOHIBRID

laporan ini diajukan untuk memenuhi tugas individu Praktikum Genetika

Nama Dosen  : Ria Yulia Gloria





IAIN SYEKH NURJATI






Di susun oleh :

IMA RIMAWATI
58461262
(kelompok 2)
Tarbiyah / IPA BIO B / v

INSTITUT AGAMA ISLAM SYEKH NURJATI
CIREBON
2010
A.    Tujuan : Membuktikan Hukum Mendel 1 tentang Persilangan monohibrid

B.     Landasan Teori
Perbedaan fenotipe dari keturunan yang diperoleh atau diperkirakan akan diperoleh pada percobaan persilangan adalah haasil dari persatuan gamet tetua jantan dan betina yang berlangsung secara acak pada waktu terjadi penbuahan oleh sperma pada sel telur. Menurut Mendel, persilangan atau pembentukkan hybrid, mengikuti kaidah (3+1)n untuk sifat kodominan penuh, dan ((1+2)+1)n untuk sifat kodomonan tidak penuh.
           Contoh : kacang Kapri (Pisum sativum) berbeda genetic untuk warna biji. Kuning merupakan warna biji dominan sedangkan warna hijau biji resesif. Berdasarkan warna resesif gen tersebut di beri nama g (dari kata green) sehingga fenotipe biji hijau mempunyai genotype gg, sedangkan fenotipe biji kuning GG dan Gg. Nisbah fenotipe biji kuning : biji hijau dengan demikian adalah (3+1)n yaitu 3 : 1 (n=1, persilangan monohybrid untuk warna biji). Tetapi untuk bunga pukul empat sore (Mirabillis jalapa) warna merah diatur oleh gen berkedominanan tidak pebuh. Bila fenotipe resesif adalah bunga warna putih (genotype ww, dari kata white),  maka segregasi menghasilkan dan ((1+2)+1)n yaitu 1 bunga warna merah : 2 warna merah muda : 1 bunga putih. Warna merah muda merupakan fenotipe heterozigot. Jelaslah terjadi perbedaan nisbah fenotipe pada kedua sifat kedominanan tersebut, karena minculnya sifat heterozigot pada kodominan sebagian


C.    Alat dan Bahan
1.      Kancing genetika warna – warni
2.      Polibag hitam



D.    Cara Kerja
1.      Kodominan penuh
·      untuk percobaan ini digunakan kancing dari dua warna kontras, dengan 25 buah buah kancing merah dan 25 buah buah kancing putih yang dimasukkan dalam polibag
·      membuat sebanyak dua polibag yang masing-masing menggambarkan jenis kelamin tetua jantan dan betina, sedangkan kancing sebagai gamet.
·      Mengguncang polibag secara merta untuk meniru segregasi bebas meiosis pada pembentukkan gamet.
·      Mengambil satu kancing dari setiap polibag, paduan warna kedua kancing menggambarkan genotype zigot hasil persilangan gamet jantan dan betina.
·      Mencatat hasil ambilan tersebut, masing-masing dengan peluang Merah-merah, Merah- Putih, atau putih-putih. Kombinasi kancing merah-merah menggambarkan genotype homozigot dominan MM dengan ekspresi fenotipe warna merah ; merah – putih menggambarkan genotype heterozigot MP dengan ekspresi fenotipe warna merah ; putih –putih menggambarkan genotype homozigot resesif PP dengan ekspresi warna putih.
·      Memasukkan kembali kancing tersebut ke dalam polibag asalnya.
·      Mengulangi prosedur 3 -6 sebanyak 16 kali.
·      Menulis data ambilan dalam bentuk tabel hasil pengamatan.

2.      Kodominan sebagian
·         mencatat data pengambilan merah-merah, merah-putih, atau putih-putih diinterpretasikkan ulang dengan memisahkan segregasi fenotipe warna merah muda untuk ekspresi genotype heterozigot Mp.

3.       
E.     HASIL PENGAMATAN

Kelompok

Ambilan

Genotipe

Fenotipe
Nisbah Fenotipe
Frekuensi Ambilan
1
2
1
2



1
Merah- merah
MM
Warna merah
6
7




Merah- putih
Mp
Warna merah
14
14




Putih- putih
pp
Warna putih
5
4






2
Merah- merah
MM
Warna merah
4
11




Merah- putih
Mp
Warna merah
16
8




Putih- putih
pp
Warna putih
5
6






3
Merah- merah
MM
Warna merah
11
7




Merah- putih
Mp
Warna merah
11
11




Putih- putih
pp
Warna putih
3
6






4
Merah- merah
MM
Warna merah
4
5




Merah- putih
Mp
Warna merah
15
14




Putih- putih
pp
Warna putih
6
6






5
Merah- merah
MM
Warna merah
7
9




Merah- putih
Mp
Warna merah
16
14




Putih- putih
pp
Warna putih
2
2






6
Merah- merah
MM
Warna merah
3
6




Merah- putih
Mp
Warna merah
14
13




Putih- putih
pp
Warna putih
8
6











F.   PEMBAHASAN

            Pada praktikum genetika kali ini yaitu Imitasi Persilangan Monohibrid dengan tujuan untuk membuktikan Hukum Mendel 1 tentang persilangan monohybrid. Percobaan persilangan monohibrid adalah perkawinan yang menghasilkan pewarisan satu karakter dengan dua sifat beda. Pada percobaan ini menggunakan kancing yang berwarna merah dan putih yang dimasukkan ke dalam polibag yang berbeda yang kemudian mengambil masing masing 25X dari masing-masing polibag sebanyak 2x sehingga hasilnya dapat terlihat di tabel hasil pengamatan, dalam Hukum Mendel 1 persilangan monohybrid didapat hasil anakan dengan rasio fenotip 3 : 1. Hal ini dikarenakan gen-gen yang sealel memisah.
Dengan menggunakan kancing genetik warna merah dilambangkan dengan (MM) dan warna putih dilambangkan dengan (pp), pada keturunan satu (F1) perkawinan dari keduanya merupakan gabungan dari kedua gen (Bb) yang dalam fenotifnya bentuk tetap bulat (percampuran kancing merah dan kancing putih). Sedangkan pada keturunan F2 mulai tampak berlakunya hukum segregasi yaitu pemisahan secara bebas gen sealel. Pada percobaan yang diambil datanya dari kelompok 2, persilangan antara keturunan F1 didapatkan perbandingan genotifnya dari MM : Mm : pp adalah 4 : 16 : 5 sehingga perbandingan fenotifnya adalah 20 : 5. kedua perbandingan ini tidak sesuai dengan hukum Mendel I atau hukum segregasi dimana pada persilangan antar keturunan F1 tampak bahwa perbandingan hasil perkawinan antar faktor dominan dan resesif pada genotifnya adalah 1 : 2 : 1 dan perbandingan fenotifnya adalah 3 : 1.
Jadi berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, di dapatkan hasil persilangan dengan perbandingan yaitu sebagai berikut:
·         Rasio Genotifnya = MM : Mm : pp
4 : 16 : 5   1 : 4 :1
·         Rasio Fenotifnya = Merah : Putih
      20 : 5   4: 1
Genotif (MM) ini merupakan hasil interaksi dari dua faktor dominan yang berdiri sendiri-sendiri, sedangkan genotif (mm) merupakan hasil dari interaksi dua faktor resesif. Dan (M) digunakan untuk menandakan warna merah dan (m) untuk menandakan warna putih.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan mengenai hukum Mendel I atau persilangan monohibrid yang diambil secara acak berdasarkan data di atas jelas tidak sesuai dengan hukum Mendel.
Dalam suatu percobaan jarang ditemukan hasil yang tepat betul, karena selalu saja ada penyimpangan. Secara umum kesalahan terjadi karena pada saat pengambilan secara acak dan memasangkan kancing genetik terjadi kesalahan disebabkan oleh kurangnya ketelitian dalam pencatatan hasil persilangan, terjadi pengambilan kancing yang lebih atau kurang di dalam ember, dan kurang kompaknya para paraktikan dalam mengambil kancing, menyebutkan, dan mencatatnya sehingga terdapat perbedaan rasio fenotif dan rasio genotifnya dengan hukum Mendel .
Contoh persilangan monohibrid dominan tak penuh (sifat intermediat) adalah persilangan antara tanaman bunga pukul empat berbunga merah dengan tanaman bunga pukul empat berbunga putih. Mendel menyilangkan tanaman bunga pukul empat berbunga merah (MM) dengan putih (mm) menghasilkan individu F1 yang seragam, yaitu satu macam genotipe (Mm) dan satu macam fenotipe (berbunga merah muda).
Diagram Persilangan Monohibrid :
P                      :           MM     > <       mm
Gamet             :           M                     m
F1                           :                               Mm
F1> <F1            :           Mm      > <       Mm
Gamet             :           M                     M
                                    m                     m



M
m
M
MM
(Merah)
Mm
(Merah muda)
m
Mm
(Merah muda)
mm
(putih)
F2                     :          








 Pada individu F2 dihasilkan tiga macam genotipe dengan perbandingan 25% MM : 50% Mm : 25% mm atau 1 : 2 : 1 dan 3 macam fenotipe dengan perbandingan 25% berbunga merah : 50% berbunga merah muda : 25% berbunga putih atau merah : merah muda : putih = 1 : 2 : 1. Pada individu F2 ini yang berfenotipe merah dan putih selalu homozigot, yaitu MM dan mm.
Peluang menyangkut derajat kepastian apakah suatu kejadian terjadi atau tidak. Dalam ilmu genetika segregasi dan rekombinasi gen juga didasarkan pada hokum peluang. Rasio persilangan Heterozigot dalah 3:1 jika sifat tersebut diturunkan secara dominant penuh. Jika terjadi persilangan dan hasilnya tidak sesuai dengan teori.
Kita dapat menguji penyimpangan ini dengan uji Chi-square degan rumus sebagai berikut:
X2 = ∑ (O.E)2 : E
Dengan:
X2 = Chi Quadrat
O = Nilai pengamatan
E = Nilai harapan
∑ = Sigma ( Jumlah dari nilai-nilai) (Noor.R.R.1996)
KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan didapatkan perbandingan antara gen yang dominan dengan gen yang resesif  yaitu hasilnya tidak jauh beda kadang signifikan kadang tidak signifikan, tetapi pada ahirnya semua individu F1 adalah seragam. Jika dominasi nampak sepenuhnya perkawinan monohibrid (Mm) (Mm) menghasilkan keturunan yang memperlihatkan perbandingan penotype 3 : 1 (yaitu merah  : putih) tetapi memperlihatkan perbandingan generatip 1  :  2 :  1 yaitu (MM, Mm, Mm).
Hasil perkawinan tidak di dominasi oleh salah satu induknya, dengan kata lain, sifat dominan tidak muncul secara penuh, peristiwa ini menunjukkan adanya sifat intermediet.

DAFTAR PUSTAKA

·                  Gloria, Ria Yulia. 2010. Panduan Praktikum Genetika. Cirebon: Pus.Lab IAIN SNJ

·                  Yatim, Wildan.2003.Genetika. Bandung:Tarsito

·                  http://aadesanjaya.blogspot.com/2010/10/imitasi-perbandingan-gen.html

·                  http://www.crayonpedia.org/mw/Pewarisan_Sifat.Sukis_Wariyono

·                  http://www.scribd.com/doc/27992718/Praktikum-Vii-Genetika-Topik-Tujuan-Persilangan